Jumat, 01 Januari 2010

TEMBANG MACAPAT

TEMBANG MACAPAT

Macapat adalah lagu/tembang tradisional klasik Jawa. Macapat juga bisa ditemukan dalam kebudayaan Bali, Madura, dan Sunda. Apabila diperhatikan dari asal-usul bahasanya(kerata basa), macapat berarti maca papat-papat(membaca empat-empat).Cara membaca terjalin tiap empat suku kata. Macapat diperkirakan muncul pada akhir Majapahit dan dimulainya pengaruh Walisanga di Jawa. Tetapi perkiraan tersebut masih belum pasti, karena tidak ada bukti tertulis yang bisa memastikan. Macapat banyak digunakan di dalam beberapa Sastra Jawa Tengahan lan Sastra Jawa Baru. Kalau dibandingkan dengan Kakawin, aturan-aturan dalam macapat lebih mudah. Kitab-kitab zaman Mataram Baru, seperti Serat Wedhatama, Serat Wulangreh, Serat Wirid Hidayat Jati, Serat Kalatidha, dan yang lainnya disusun dengan lagu ini. Aturan-aturan tersebut ada pada:

  • Guru gatra : jumlah gatra/baris tiap bait.
  • Guru wilangan : jumlah suku kata/wanda tiap gatra/baris.
  • Guru lagu : jatuhan suara suku kata tiap gatra/baris.

Urutan tembang macapat tersebut seperti tersebut di bawah ini:

Menggambarkan bayi masih dalam kandungan ibunya, yang belum diketahui jenis kelaminnya, kumambang berarti mengambang dalam kandungan ibu.

Berarti sudah dilahirkan dan jelas laki-laki atau perempuan.

Berarti masa muda, yang paling penting untuk pemuda adalah mencari ilmu sebanyak-banyaknya.

Dari kata kanthi atau tuntun yang berarti dituntun supaya bisa menjalani kehidupan di dunia.

Berarti cinta, cinta laki-laki kepada perempuan atau sebaliknya yang merupakan takdir Ilahi.

Dari kata jumbuh / bersatu yang berarti apabila sudah bersatu dalam cinta, perempuan dan laki-laki tersebut bisa menjalani hidup bersama.

Menggambarkan kehidupan manusia dalam kebahagiaan ketika berhasil meraih cita-cita.Menemukan jodoh, melahirkan anak, kehidupan yang sejahtera, dsb.

Dari kata darma / sedekah. manusia jika sudah merasa hidup cukup, dalam dirinya tumbuh rasa kasih sayang kepada sesamanya yang sedang kesusahan, sehingga akan tumbuh keinginan untuk berbagi.Hal tersebut didukung juga dari moralitas agama dan watak sosial manusia.

dari kata mungkur yang berarti menyingkirkan hawa nafsu angkara murka.Yang menjadi prioritas hidup adalah keinginan unutk berbagi dan peduli dengan sesama.

Dari kata megat roh/pegat rohe atau terpisahnya nyawa, ketika takdir kematian datang.

Ketika tinggal jasad tersisa, dibungkus dengan kain mori putih atau dipocong sebelum dikuburkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar